Powered By Blogger

Pages

Mengenai Saya

Foto Saya
Ciawi, Bogor/Jawa Barat, Indonesia

Jumat, 26 April 2013

Teori Perilaku Konsumen



           
            Setiap manusia dimuka bumi ini merupakan seorang konsumen yang ingin selalu memenuhi kebutuhan hidup ataupun kepuasannya dengan apa yang dimilikinya. Teori perilaku konsumen menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
            Dalam kenyataannya perilaku konsumen tersebut memang sering kali tak menghasilkan kepuasan yang maksimal, selain dikarenakan hakikat manusia yang mempunyai keinginan yang tak terbatas dan selalu meningkat ada beberapa faktor yang juga mempengaruhi hal tersebut, diantaranya ;
1.      Pengetahuan konsumen tentang kualitas barang terbatas.
2.      Adanya persaingan dari para konsumen.
3.      Kecenderungan konsumen bersifat masa bodoh terhadap situasi harga di pasar.
4.      Adanya tradisi yang kuat, sehingga memengaruhi tingkah laku konsumen.
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan, yang mengatakan bahwa bila harga naik maka permintaan turun. Sebaliknya bila harga turun, maka permintaan naik, dengan catatan keadaan yang lain ceteris paribus. Tapi pada dasarnya perilaku konsumen memiliki perbedaan masing-masing pada setiap diri manusia.
Ada dua pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang:
1)      Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal menggunakan alat analisis yang dinamakan pendekatan marginal (Marginal Utility). Berikut teori tentang pendekatan kardinal :
a.       Pendekatan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (utility) setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain, sehingga konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
b.      Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
c.       Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
d.      Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
e.       Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
Kelemahan pada pendekatan kardinal ini terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.

2)      Pendekatan Orginal
Berbeda dengan pendekatan kardinal, pendekatan orginal menggunakan alat analisis yang dinamakan kurva kepuasan (Indifference Curve). Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumen antara dua macam barang, yang memberikan tingkat kepuasan sama bagi konsumen.
Kurva indiferen memiliki beberapa ciri atau sifat antara lain:
1.      mempunyai kemiringan (slope) negatif, (miring dari kiri atas ke kanan bawah), yang berarti konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi.
2.      bila kedudukannya lebih tinggi menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi,
3.      tidak pernah saling berpotongan dengan kurva indiferen yang lain.
4.      cembung ke titik asal (titik 0), menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution)


Daftar Pustaka :

0 komentar:

Posting Komentar